KLAIM MALAYSIA TERHADAP TARI PENDET
Baru-baru ini kita mendengar berita yang cukup mengejutkan kita semua perihal klaim malaysia terhadap salah satu kebudayaan bangsa kita yang berasal dari Bali yaitu Tari Pendet dalam promosi wisata mereka di Discovery Channel atau Animal Planet. Di channel2 tersebut ada promosi acara baru untuk bulan ini judulnya ENIGMATIC MALAYSIA. Bahkan sebenarnya dalam program tersebut mengupas juga perihal Keris yang diklaim Malaysia sebagai salah satu budaya mereka. Yang lebih parahnya adalah bahwa kejadian tersebut terjadi pada saat bangsa indonesia baru saja merayakan kemerdekaanya. Dan seolah-olah ini menjadi kado hadiah bangsa Malaysia terhadap bangsa Indonesia.
Hampir kita semua pasti akan bertanya, ada apa dengan negara tetangga kita Malaysia tersebut? Kenapa mereka selalu melakukan tindakan yang sangat provokatif terhadap bangsa Indonesia.Belum begitu lama kita mendengar kasus klaim lagu Rasasayange, angklung, reog Ponorogo, batik, Hombo Batu, dan Tari Folaya,Penyiksaan TKI, dan yang terakhir dan masih hangat-hangatnya kasus Ambalat serta yang kontroversial terlepas benar atau tidaknya namun telah menyita perhatian publik adalah Manohara dan status kewarganegaraan gembong teroris Nurdin M Top yang adalah warga Malaysia.
Satu hal yang kita sesalkan adalah Malaysia dan Indonesia adalah bangsa serumpun yang memiliki kultur budaya yang hampir sama, namun hal tersbut bukan merupakan sebuah justifikasi bahwa beberapa kebudayaan asli Indonesia juga merupakan asli Malaysia. Entah mungkin karena iri dengan keragaman budaya Indonesia atau karena kekayaan alam bangsa Indonesia atau mungkin karena melihat bangsa Indonesia sebagai negara yang besar akan menjadi ancaman bagi Malaysia sehingga mereka seringkali malakukan klaim sepihak terhadap budaya-budaya bangsa Indonesia yang sudah terkenal di dunia.
Secara historis hubungan Indonesia dengan Malaysia memang naik turun. Pada era Sukarno kita sering mendengar istilah "Ganyang Malaysia" ketika presidenn Sukarno melihat Malaysia tak lebih dari sebuah negara boneka bentukan Inggris yang akan digunakan pihak barat untuk mengganggu Indonesia sehingga dianggap sebuah ancaman. Pada era Suharto hubungan kita dengan Malaysia memasuki masa keemasan dan manis-manisnya seperti ditunjukkan dalam hubungan perdagangan dan hubungan bilateral lainnya, bahkan pernah kita ingat sebuah acara televisi yang disiarkan langsung yang menampilkan artis kedua negara. Namun setelah era Reformasi, hubungan Indonesia Malaysia seolah-olah mengalami degradasi yang cukup signifikan.
Hampir semua kasus peng-klaiman Malaysia dilakukan setelah era Reformasi. Sampai saat ini klaim Malaysia yang berhasil baru sebatas Klaim Sipadan-Ligitan. Setelah kemenangan klaim Sipadan-Ligitan tersebut, Malaysia berulang kali melakukan Klaim terhadap beberapa kebudayaan kita dan yang terakhir adalah klaim Tari Pendet.
Sebagai warga negara Indonesia secara jujur kita marah,kecewa,dan sangat menyesalkan tindakan Malaysia. Bahkan si beberapa daerah di beberapa waktu yang lalu kita melihat massa dari berbagai daerah yang menyatakan siap perang dengan Malaysia lantaran saking kesalnya dengan tindakan Malaysia yang dianggap sangat provokatif.
Pertanyaan besarnya bagi kita semua adalah, kenapa Malaysia berani melakukan tindakan provokatif dengan melakukan klaim sepihak terhadap budaya Indonesia yang notabene mereka pasti sudah tahu bahwa klaim tersebut pasti akan menimbulkan kemarahan warga Indonesia? Dan kenapa klaim tersebut dilakukan berulang-ulang?
Perlu diketahui bagi kita semua warga Indonesia bahwa akhir-akhir ini dominasi perusahaan Malaysia juga sudah mulai nampak jelas di Indonesia. Di sektor telekomunikasi ada beberapa provider besar yang sahamnya mayoritas dikuasai Malaysia seperti XL,sektor perbankan juga ada beberapa bank besar yang sahamnya didominasi Malaysia seperti Bank Niaga, sektor perkebunan terutama kelapa sawit bahkan di daerah kalimantan dan sumatera sudah dikuasai oleh malaysia.
Terlepas dari masalah tersebut adalah bagaimana menyikapi tindakan provokatif Malaysia atas klaim terhadap tari pendet. Sudah sepantasnya Pemerintah Indonesia bersikap lebih tegas agar kejadian klaim sepihak tersebut tidak terjadi lagi. Selama ini kita melihat bahwa pemerintah masih kurang tegas dalam menyikapi tindakan Malaysia meskipun pemerintah telah mengklarifikasi bahwa upaya negosiasi sudah dilakukan khususnya untuk masalah ambalat. Pemerintah seharusnya menjadikan kejadian ini sebagai sebuah cermin atau refleksi. Sekaligus menjadi koreksi bagi kita semua. Memang diakui bahwa kita semua terluka dan malu, karena kita sadar sebagai pemilik kebudayaan itu kita tidak memperhatikannya. "Selama ini kebudayaan dipinggirkan, pemerintah dan masyarakat tak lagi peduli" Pemerintah juga sudah waktunya mendengar suara akar rumput bangsa indonesia terhadap tindakan Malaysia karena memang sesungguhnya tindakan mereka tersebut sudah sangat keterlaluan.
Alasan apakah yang membuat mereka sungguh sangat berani melakukan itu? apakah karena mentang-mentang mereka OKB atau orang kaya baru sehingga mereka meremehkan Indonesia. Apakah karena ada banyak TKI yang menggantungkan hidupnya di Malaysia sehingga mereka sudah terbiasa menganggap dirinya sebagai Majikan dan kita bangsa Indonesia dianggap sebagai Pembantu? Apakah karena carut marutnya Alusita Militer kita yang sudah melemah sehingga Malaysia menganggap bahwa Indonesia sudah kehilangan taringnya di dunia militer? Atau apakah memang ada sebuah konspirasi pihak barat dibelakang Malaysia untuk memprovokasi Indonesia.
Alasan apapun yang dikeluarakan Malaysia tidak akan bisa menjadi justifikasi terhadap klaim sepihak mereka terhadap budaya bangsa Indonesia. dan apabila Malaysia memang berjiwa besar maka sudah seharusnya klaim sepihak terhadap tari pendet ini akan menjadi yang terakhir dan sekaligus peringatan bagi Malaysia atas kekhilafan dan kesalahan mereka terhadap bangsa Indonesia.
24 Agustus 2009 pukul 09.53
wah wah mulai lg nich malaisia
24 Agustus 2009 pukul 10.11
pemerintah tidak boleh hanya sekedar protes..itu kuno..merendahkan harga diri..bisanya kok protes...sepertinya mereka sengaja berbuat demikian untuk melecehkan kita senyata-nyatanya...jangan hanya protes,,,harus ada tindakan nyata..boikot disegala bidang..tarik TKI..tinggal kita lihat mana yg lebih membutuhkan...
24 Agustus 2009 pukul 10.51
emng bner" dah tuh kamfreed malingsia.....!!!
T_T
ampon dah.... abis pulau" kecil yang kaca di curi... eh tradisi kita makin di kikis ama die.....
dasar tamak.... biadab... rakuzz...
smua lengkap tuh malingsia sob...
T_T
blogwalking ke org malaysia jg sob... biar mrk tau kjhtan negaranya..!!
24 Agustus 2009 pukul 10.57
wahhh.. berat nii.. sepertinya saiia blm bisa angkat suara masalah satu ini... :(
24 Agustus 2009 pukul 21.31
gampang aja...
tuh iklan enjoy jakarta di format ulang.
trus di kasi liat kalo menara kembar petronas ntu ada di samping monas
beres perkara
bersiap untuk perang
hehehe
24 Agustus 2009 pukul 21.45
apa perlu ya gerakan "ganyang malaysia" di berlakukan lagi ???
24 Agustus 2009 pukul 23.42
melawan orang yg buta huruf memang susah...tdk punya tp ngaku2,,ujung2nya ntra bilang ..kita khan serumpuuuuuuuunnnnnnnnnnnn..
jero wacik lemah spt tempe...
patent hanya sebatas wacana...
permainan gobag sodor s/d kelereng sdh diagenda untuk diklaim...
kita hanya bs marah..??
25 Agustus 2009 pukul 20.20
ganyang malaysia, libas abis
26 Agustus 2009 pukul 07.55
Gak berhenti-berhenti nih bangsa kunyuk ngutak-ngatik kita ya...... dikeluarin aja dah ajian-ajian santet ama ilmu setan yang kita punya... di klaim juga gak ya?
salam Nge-Blog!!!!
28 Agustus 2009 pukul 11.54
Ayo Indonesia... Buktikan kepada Dunia klo Indonesia bangsa Besar yang disegani.... Jangan menunduk terus...
6 September 2009 pukul 11.10
Pak, terima kasih skerana mengunjungi blog saya. Seperti pertanyaan anda, udah saya jawab di blog saya.
http://ainafarhana.blogspot.com/2009/09/pendet-pendet-pendetberapa-kali-nak.html
This issue shud be stop...full stop. Nothings more to explain.
6 September 2009 pukul 11.14
Kepada Zone4Health,
Isu pulau itu hanya lah salah faham. Memang terdapat sebuat pulau kecil di Kuala Selangor, namanya Pulau Jamor. Pulau milik Indonesia itu Pulau Jemur... bezanya hanya U dan O...
sila klik disini untuk gambar lokasi kedua2 pulau tersebut.
http://ainafarhana.blogspot.com/2009/09/pulau-jemur-vs-pulau-jemor.html
Semoga tiada kekeliruan lagi.
7 September 2009 pukul 02.42
dear pak Woody woodpacker..
Masalah TKI tidak bisa diselesaikan dengan menarik mereka pulang. anda bilang lihat mana yang membutuhkan? coba lihat bahwa sekarang memang Msia yang banyak butuh, terus kalo jutaan semua pulang, kamu mau kasi mereka pekerjaan?
sebenarnya malu sih gara2 membabibuta tanpa selidik ternyata klaim pulau cuma salah faham doank.. terus mo bilang... hmmm.. udah deh.. kita kan negara serumpun.. Weck..
7 September 2009 pukul 07.51
untuk Aina@Azila dan Andrew: ok..utk klaim pulau jemur kita memang sepakat utk DISUDAHI..saya setuju itu krn memang kesalahan media indonesia yg dibesar-besarkan..
inti permasalahan yg saat ini menjadi panas adalah sensitivitas masyarakat indonesia yg sudah terluka krn tindakan PEMERINTAH MALAYSIA setelah kasus sipadan ligitan dan kemudian disusul oleh beberapa kasus seperti blok ambalat..masalah tsb diperparah oleh beberapa berita mengenai penyiksaan dan pemerkosaan serta perlakuan TKI di negeri anda yg sangat keterlaluan...ditambah lagi kasus-kasus beberapa waktu yang lalu seputar "klaim" budaya dari indonesia seperti reog, batik,keris,angklung,dll...
HAL TERSEBUT DIATAS TELAH MEMICU KEMARAHAN (SENSITIVITAS) WARGA INDONESIA SEHINGGA KADANG KITA KURANG MEMPERHATIKAN KEBENARAN SEBUAH BERITA LAGI..
dalam kasus pendet, kami sbg bagian dari masyarakat indonesia merasa kecewa dgn pemerintah anda krn menggunakan tari pendet untukkeprluan komersial TANPA pemberitahuan atau pencantuman credit pada iklan komersil tersebut terhadap pemerintah INDONESIA..
OK kalo pihak produser dna discovery channel sudah minta maaf kpd pemerintah indonesia, NAMUN dalam hal ini PEMERINTAH MALAYSIA terkesan angkuh tanpa mau meminta maaf..padahal mereka sebagai pihak terkait seharusnya telah mengecek iklan tsb sebelum ON-AIR...
SATU HAL LAGI mengenai beberapa situs dan forum-forum di internet yang sangat memprovokasi masyarakat indonesia yang sangat jelas-jelas melecehkan indonesia. CATATAN UTK HAL INI MASIH PERLU DIBUKTIKAN APAKAH SIPEMBUAT SITUS ATAU FORUM ADALAH BENAR2 ORANG MALAYSIA!!!!
apabila hal tsb benar-benar dilakukan oleh malaysia maka sangat tdk berlebihan apabila kami bangsa indonesia sangat marah dgn tindakan tsb NAMUN APABILA BUKAN ORANG MALAYSIA, akan menjadi tanggung jawab indonesia malaysia utk mencari pihak bertanggung jawab thd situs-situs dan forum tersebut..
SEMOGA SAJA PEMERINTAH MALAYSIA AKAN LEBIH BERHATI-HATI DALAM MELAKUKAN SESUATU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBUDAYAAN MAUPUN WILAYAH INDONESIA, MENGINGAT SITUASI DI INDONESIA SUDAH SEMAKIN PANAS!!!
14 September 2009 pukul 09.12
Pak Daniel, saya udah menjawab pertanyaan bapak di sini
http://ainafarhana.blogspot.com/2009/09/jawapan-kepada-pak-daniel-dpk.html
dan juga di sini
http://ainafarhana.blogspot.com/2009/09/jawapan-kepada-pak-daniel-dpk.html
17 September 2009 pukul 03.06
anda marah apabila kami rakyat Malaysia mencuri budaya anda??? adakah anda tidak fikir bahawa kami juga marah apabila anda menyebarkan fitnah sebegini???
sedarlah bahawa anda menulis artikel ini tanpa siasat terlebih dahulu,, dan inilah selemah-lemah fikiran manusia.. anda perlu sedar bahawa Malaysia tidak mencuri tarian pandet anda.. terdapat salah faham dalam masalah ini...
baca artikel di bawah;;
“”"”"
Presdir KRU Norman Abdul Halim mengakui telah memproduksi film dokumenter tentang Enigmatic Malaysia atau Malaysia yang mengandung teka-teki. Ada enam film dokumenter yang diproduksi oleh KRU Sdn Bhd, sebuah “production house” (PH), Malaysia dan dijual ke DC.
Enam film dokumenter itu ialah “The Melakan Portuguese – Preserving Their Heritage, “Bajau Laut – Nomad of The Sea”, “Keris – The Myth & The Magic” dan Kellie`s Castle – Myth & Mystery”, dan “Batik” dan “Wau”. “Film ini diputar Discovery Channel di 23 negara di seluruh dunia,” kata Norman.
“Serial ini bukan film promosi wisata Malaysia. Ini adalah film serial dokumenter. Ini bisnis murni antara production house kami dengan Discovery Channel. Tidak ada keterlibatan pemerintah Malaysia, baik itu kementerian pariwisata atau kementerian penerangan dan kebudayaan Malaysia,” katanya.
“Di sini saya tegaskan bahwa memang betul kami yang produksi enam film dokumenter, tapi film promosinya sendiri yang buat adalah Discovery Channel sendiri. Bukan kami. Bukan kementerian pariwisata, dan bukan kementerian penerangan dan kebudayaan Malaysia,” tegas Norman, yang orang tuanya berasal dari Sumatera Utara.
“Dalam film itu ditayangkan juga kebudayaan Jawa yang ditunjukan dengan tarian Jawa bukan tarian Pendet Bali. Jadi film promosi yang dibuat Discovery Channel tidak mengambil dari potongan film kami, tapi mungkin diambil dari dokumenter milik Discovery Channel sendiri,” katanya.
Dengan demikian, tari Pendet yang muncul di film promosi Enigmatic Malaysia bukanlah promosi wisata Malaysia. Bukan juga diproduksi dan didanai oleh kementerian pariwisata, kementerian kebudayaan Malaysia atau PH Malaysia, tapi dibuat oleh Discovery Channel yang berbasis di Singapura.
DC Asia Inc pun sudah mengakui bahwa kesalahan ada di staf bagian promosi mereka. DC Asia Inc pun sudah menyatakan permohonan maaf atas kesalahan itu kepada kementerian pariwisata Indonesia.
“”"”"”"
mohon agar rakyat Indonesia faham.. jangan mudah percaya dengan newspaper anda..
13 Oktober 2009 pukul 16.52
Mohon semua liat disini..
Suatu fakta yg ga bisa kita sangkal
http://www.youtube.com/watch?v=YuXn4YuvhH8
tenang.. jgn kebawa emaosi dong pak!
13 Oktober 2009 pukul 17.05
Sesama Penyolong Jangan Saling Mendahului
Minggu, 6 September 2009 | 03:00 WIB
Remy Sylado
Kompas ikut membikin ramai klaim-klaiman Indonesia terhadap Malaysia, mencantumkan judul lagu ”Terang Bulan” sebagai ciptaan orang Indonesia.
Sebelumnya beberapa brodkas TV stel yakin mencocokkan lagu kebangsaan Malaysia ”Negaraku” dengan lagu ”Terang Bulan”. Malahan seseorang yang mengaku anak Sjaiful Bachri, pemusik Indonesia yang pernah ”lari” ke Malaysia, sebagai pencipta ”Terang Bulan”.
Salah satu, jika bukan satu-satunya media pers Indonesia pada 1957 yang memuat berita tentang ”Terang Bulan” menjadi lagu kebangsaan Malaysia adalah majalah Musika No 1 Th I September 1957. Majalah yang dipimpin Wienaktoe itu menurunkan berita berjudul ”Negaraku” sebagai berikut: ”Melodi lagu ’Terang Bulan’ jang kesohor itu achirnja dengan resmi diterima sebagai lagu kebangsaan Malaya pada hari kemerdekaan tanggal 31 Agustus 1957 j.l. dengan diberi nama dan tekst baru ’Negaraku’. Pihak RRI dan Pemerintah Indonesia untuk menjatakan penghargaannja, telah melarang diputar dan dimainkan atau diperdengarkan melodi tsb pada setiap kedjadian biasa”.
Kalau kita membaca Het Nationale Volkslied oleh Margreet Fogteloo & Bert Wikie (AW Bruna Uitgevers BV Utrecht), jelas diuraikan bahwa ”Negaraku” yang dulu di Indonesia dikenal sebagai ”Terang Bulan” adalah ciptaan orang Perancis bernama Pierre Jean de Béranger (1780- 1857).
Siapa sebenarnya orang ini? Ensiklopedia pertama yang terbit setelah Indonesia merdeka, Ensiklopedia Indonesia, 1954, oleh TS Mulia dan KAH Hidding mencatat nama Pierre Jean de Béranger sebagai pencipta sejumlah lagu rakyat (Pr chanson populaire, Ing. folk song, Bld, volkslied). Di antara ciptaannya yang terkenal di Indonesia sejak zaman penjajahan Perancis di sini, Februari-Agustus 1811, sampai digegaskannya Bandung sebagai Parijs van Java, 1925, adalah Chansons morales et autres, Chansons nouvelles, Chansons inédites.
Selama itu, pengaruh kebudayaan Perancis di Indonesia, jadi bukan di Malaysia, memang besar. Di Manado, yang sekarang disebut katrili, dan merupakan kesenian tradisional, berasal dari kata bahasa Perancis quadrille. Lalu, di Bandung, teater tradisional longser merupakan serapan kata bahasa Perancis, aba-aba seorang sutradara mengucapkan kata longer untuk bergerak lalu. Dan, jangan lupa kereta sado di Batavia berasal dari bahasa Perancis dos à dos, artinya duduk saling memunggung.
Tetapi, di antara tokoh-tokoh seni Perancis yang pernah lama mukim di Indonesia, bukan Malaysia, adalah penyair terkemuka perkusor Simbolisme abad ke-19, Arthur Rimbaud. Pada 1876 penyair ini tinggal di Salatiga sebagai serdadu batalion I infanteri. Tentang dirinya di Salatiga bisa dibaca dalam Het Koninklijk Negerrlands-Indisch Leger 1830- 1950 oleh Zwitzer & Heshusius (Staatsuitvegerij ’s-Gravenhage).
Salah seorang sahabat Rimbaud, René du Bois, bahkan menetap di lereng gunung Ungaran sampai tua, dan termasuk yang dikunjungi Mata Hari (Margareha Geertruide Zelle) sang ’polyglot harlot’ yang dieksekusi mati oleh otoritas Perancis pada Perang Dunia I sebagai mata-mata.
13 Oktober 2009 pukul 17.07
Maunya, dengan sekelumit gambaran ini, jangan sampai gairah klaim-klaiman Indonesia terhadap Malaysia lantas melupakan peribahasa ”semut di seberang laut tampak gajah di depan mata tak tampak”. Sebab, kita juga punya kebiasaan nyolong.
Sebagai pembuka ingatan, perhatikan dua lagu yang dianggap memiliki pathos kebangsaan, yaitu lirik ”Dari barat sampai ke timur berjajar pulau-pulau”, dan ”Kulihat Ibu Pertiwi sedang bersusah hati”. Yang pertama mengingatkan lagu Perancis ciptaan Rouget de Lisle. Memang hanya bagian depan, bagian yang sama dimanfaatkan Beatles juga.
Tetapi yang kedua, ”Kulihat Ibu Pertiwi sedang bersusah hati”, adalah 100% pencurian atas lagu gereja ”What a Friend We Have in Jesus”. Tidak tahu apa ilusi grup musik perempuan asal Surabaya, Dara Puspita, pada 1960-an menyanyikannya menjadi ”Ibu Pertiwi sedang bersusah”. Lagu himne ini aslinya diciptakan oleh Horatius Bonar pada lirik dan Charles Crozat Converse pada musik, dan dicatat hak ciptanya pada 1876 lewat Biglow & Main.
Harapannya, dalam klaim- klaiman yang sedang panas sekarang ini, jangan pula melahirkan pemeo baru ”Sesama pencuri jangan saling mendahului”. Sebab, ujungnya kalau urusan marah-marah ini dibeberkan dengan kasus-kasus plagiat yang ternyata tidak sepi di Indonesia, malunya harus ditanggung bersama.
Sekadar contoh lain untuk mengingatkan itu, pada 1971 Markas Besar Angkatan Darat, ditandatangani oleh Brigjen Soerjadi, telah membuat malu memberi piagam kepada Ismail Marzuki sebagai komponis yang disebut mencipta lagu ”Auld Lang Syne”. Periksa Lagu-Lagu Pilihan Ismail Marzuki, oleh WS Suwito, Titik Terang, Jakarta. Tentu saja ini ngawur yang menyedihkan. Lagu ”Auld Lang Syne” itu nyanyian tradisional Skot yang digubah oleh Robert Burn dan dicatat penciptaannya melalui Preston & Son, London, 1799.
Sebelum itu, Ismail Marzuki disebut juga sebagai pencipta lagu ”Als die orchideeën bleien” dan ”Panon Hideung”. Padahal, lagu yang pertama, yang kemudian berlirik bahasa Indonesia ”Bunga anggrek mulai timbul”, adalah ciptaan Belloni, pemimpin orkes Concordia Respavae Crescunt, yang dinyanyikan oleh Miss Lie pada 1922.
Yang kedua, ”Panon Hideung” adalah lagu tradisional Rusia, diaransemen di Amerika oleh Harry Horlick & Gregory Stone dan masuk hak cipta pada 1926 di bawah Carl Fischer, Inc, lalu diperkenalkan di Indonesia, melalui Bandung pada tahun yang sama oleh pemusik Rusia bernama Varvolomeyev.
Termasuk Presiden RI Soekarno, pada 1961 membuat kesalahan memberikan Piagam Widjajakusuma kepada Ismail Marzuki, yang menyebut dalam piagam itu bahwa lagu ”Hallo- hallo Bandung” adalah ciptaan Ismail Marzuki. Padahal, lagu itu aslinya ciptaan seorang prajurit Siliwangi bernama Lumban Tobing yang dinyanyikan bersama peleton Bataknya dari long march Yogya-Bandung di zaman revolusi. Tentang kematiannya bisa dilihat lukisannya di Museum Siliwangi, Jl Lembong, Bandung.
Lagu ”Hallo-hallo Bandung” ciptaan Lumban Tobing ini hanya sama judul, tapi beda melodi dan lirik dengan lagu Belanda nyanyian Willy Derby pada 1929 ketika radio NIROM (Nederlands Indische Radio Omroep Maatschappij) beroperasi di Bandung versi baru rekaman ini dinyanyikan lagi oleh Wieteke van Dort di TV Belanda dalam De Stratemakeropzeeshow, 1972, dan dicetak teksnya pada 1992 dalam De Wduwe van Indië.
Nah, ”Terang Bulan” juga tersua dalam De Wduwe van Indië dalam dua teks, yaitu bahasa Indonesia gaya KNIL dan bahasa Belanda. Kita baca teks yang pertama saja:
Terang boelan
terang boelan di kali
Boewaja timboel
katanja lah mati
Djangan pertjaja
orang lelaki
Brani soempa
dia takoet mati.
Asal saja teks lama di atas tidak jadi ejekan kepada kita, Indon, sebagai ”brani soempa, dia takoet mati”. Kalau ada tuduhan begitu, rasanya elok diingat teriakan Bung Karno dulu, ”Ganyang Malaysia!”
Remy Sylado Pengamat Musik, Novelis, Dramawan
25 Maret 2010 pukul 01.23
Kenapa tak habis-habis mengutuk sedangkan artikel lain belum tentu dibaca? Tarian pendet itu, dirakamkan discovery asia.Bukan pihak malaysia.Mereka juga sudah mengatakan maaf atas kesilapan mereka mengenai tarian pendet.Tapi kerana tajuknya enigmatic Malaysia, terus katakan yang Malaysia yang melakukan video itu, Malaysia tamak. Pelik ya. Aku ini sendiri ada darah Jawa dari ayah, mahu juga tahu datuk dan nenek pasti berasal dari Indonesia. Aku tak pernah pun menghina Indonesia atau apa.Yang penting kita ingat ;
" Hina manusia bukan kerana agama atau bangsanya, tapi kerana diri mereka sendiri"
Bukan semua orang Malaysia baik, bukan semua Indonesia baik. Maka yang jahat itu siapa?Malaysia?Indonesia?Atau segelintir orang yang mencemarkan nama negara dia sendiri? Fikirkan lah.