MENGAPA KEBUDAYAAN JAWA MENGALAMI KEMUNDURAN YANG SIGNIFIKAN?



Pengantar

Manusia Jawa adalah mayoritas di Indonesia. Nasib bangsa Indonesia sangat tergantung kepada kemampuan penalaran, skill, dan manajemen manusia Jawa (MJ). Sayang sekali s/d saat ini, MJ mengalami krisis kebudayaan; hal ini disebabkan Kebudayaan Jawa (KJ) dibiarkan merana, tidak terawat, dan tidak dikembangkan oleh pihak2 yang berkompeten (TERUTAMA OLEH POLITISI). Bahkan KJ terkesan dibiarkan mati merana digerilya oleh kebudayaan asing (terutama dari timur tengah/Arab). Mochtar Lubis dalam bukunya: Manusia Indonesia Baru, juga mengkritisi watak2 negatip manusia Jawa seperti munafik, feodal, malas, tidak suka bertanggung jawab, suka gengsi dan prestis, dan tidak suka bisnis (lebih aman jadi pegawai).

Kemunduran kebudayaan Jawa tidak lepas dari dosa regim Orde Baru. Strategi regim Soeharto untuk melepaskan diri dari tuannya (USA dkk.) dan tekanan kaum reformis melalui politisasi agama Islam menjadikan Indonesia mengarah ke ideologi Timur Tengah (Arab). Indonesia saat ini (2007) adalah kembali menjadi ajang pertempuran antara: Barat lawan Timur Tengah, antara kaum sekuler dan kaum Islam, antara modernitas dan kekolotan agama.


Boleh diibaratkan bahwa manusia Jawa terus menerus mengalami penjajahan, misalnya penjajahan oleh:

- Bs. Belanda selama 300 tahunan

- Bs. Jepang selama hampir 3 tahunan

- Regim Soeharto/ORBA selama hampir 32 tahun (Londo Ireng).

- Negara Adidaya/perusahaan multi nasioanal selama ORBA s/d saat ini.

- Sekarang dan dimasa dekat, bila tidak hati2, diramalkan bahwa Indonesia akan menjadi negara boneka Timur Tengah/Arab Saudi (melalui kendaraan utama politisasi agama).

Kemunduran kebudayaan manusia Jawa sangat terasa sekali, karena suku Jawa adalah mayoritas di Indonesia, maka kemundurannya mengakibatkan kemunduran negara Indonesia, sebagai contoh kemunduran adalah terpaan berbagai krisis yang tak pernah selesai dialami oleh bangsa Indonesia.
Politisasi uang dan agama mengakibatkan percepatan krisis kebudayaan Jawa, seperti analisa dibawah ini.

Gerilya Kebudayaan

Negara2 TIMTENG/ARAB harus berjuang sekuat tenaga dengan cara apapun untuk mendapat devisa selain dari kekayaan minyak (petro dollar), hal ini mengingat tambang minyak di Timur Tengah (TIMTENG/Arab) adalah terbatas umurnya; diperkirakan oleh para ahli bahwa umur tambang minyak sekitar 15 tahun lagi, disamping itu, penemuan energi alternatip akan dapat membuat minyak turun harganya. Begitu negara Timur Tengah mendapat angin dari regim Orde Baru, Indonesia lalu bagaikan diterpa badai gurun Sahara yang panas! Pemanfaatan agama (politisasi agama) oleh negara asing (negara2 Arab) untuk mendominasi dan menipiskan kebudayaan setempat (Indonesia) mendapatkan angin bagus, ini berlangsung dengan begitu kuat dan begitu vulgarnya. Gerilya kebudayaan asing lewat politisasi agama begitu gencarnya, terutama lewat media televisi, majalah, buku dan radio. Gerilya kebudayaan melalui TV ini sungguh secara halus-nylamur-tak kentara, orang awam pasti sulit mencernanya! Berikut ini adalah gerilya kebudayaan yang sedang berlangsung:

- Dalam sinetron, hal-hal yang berbau mistik, dukun, santet dan yang negatip sering dikonotasikan dengan manusia yang mengenakan pakaian adat Jawa seperti surjan, batik, blangkon kebaya dan keris; kemudian hal-hal yang berkenaan dengan kebaikan dan kesucian dihubungkan dengan pakaian keagamaan dari Timur Tengah/Arab. Kebudayaan yang Jawa dikalahkan oleh yang Timur Tengah.

- Artis2 film dan sinetron digarap duluan mengingat mereka adalah banyak menjadi idola masyarakat muda (yang nalarnya kurang jalan). Para artis, yang blo’oon politik ini, bagaikan di masukan ke salon rias Timur Tengah/Arab, untuk kemudian ditampilkan di layar televisi, koran, dan majalah demi membentuk mind set (seting pikiran) yang berkiblat ke Arab.

- Bahasa Jawa beserta ungkapannya yang sangat luas, luhur, dalam, dan fleksibel juga digerilya. Dimulai dengan salam pertemuan yang memakai assalam…dan wassalam…. Dulu kita bangga dengan ungkapan: Tut wuri handayani, menang tanpo ngasorake, gotong royong, dsb.; sekarang kita dibiasakan oleh para gerilyawan kebudayaan dengan istilah2 asing dari Arab, misalnya: amal maruh nahi mungkar, saleh dan soleha, dst. Untuk memperkuat gerilya, dikonotasikan bahwa bhs. Arab itu membuat manusia dekat dengan surga! Sungguh cerdik dan licik.

- Kebaya, modolan dan surjan diganti dengan jilbab, celana congkrang, dan jenggot ala orang Arab. Nama2 Jawa dengan Ki dan Nyi (misal Ki Hajar …) mulai dihilangkan, nama ke Arab2an dipopulerkan. Dalam wayang kulit, juga dilakukan gerilya kebudayaan: senjata pamungkas raja Pandawa yaitu Puntadewa menjadi disebut Kalimat Syahadat (jimat Kalimo Sodo), padahal wayang kulit berasal dari agama Hindu (banyak dewa-dewinya yang tidak Islami), jadi bukan Islam; bukankah ini sangat memalukan? Gending2 Jawa yang indah, gending2 dolanan anak2 yang bagus semisal: jamuran, cublak2 suweng, soyang2, dst., sedikit demi sedikit digerilya dan digeser dengan musik qasidahan dari Arab. Dibeberapa tempat (Padang, Aceh, Jawa Barat) usaha menetapkan hukum syariah Islam terus digulirkan, dimulai dengan kewajiban berjilbab! Kemudian, mereka lebih dalam lagi mulai mengusik ke bhinekaan Indonesia, dengan berbagai larangan dan usikan bangunan2 ibadah dan sekolah non Islam.

- Gerilya lewat pendidikan juga gencar, perguruan berbasis Taman Siswa yang nasionalis, pluralis dan menjujung tinggi kebudayaan Jawa secara lambat namun pasti juga digerilya, mereka ini digeser oleh madrasah2/pesantren2. Padahal Taman Siswa adalah asli produk perjuangan dan merupakan kebanggaan manusia Jawa. UU Sisdiknas juga merupakan gerilya yang luar biasa berhasilnya. Sekolah swasta berciri keagamaan non Islam dipaksa menyediakan guru beragama Islam, sehingga ciri mereka lenyap.

- Demikian pula dengan perbankan, mereka ingin eksklusif dengan bank syariah, dengan menghindari kata bunga/rente/riba; istilah ke Arab2an pun diada-adakan, walau nampak kurang logis! Seperti USA memakai IMF, dan orang Yahudi menguasai finansial, maka manusia Arab ingin mendominasi Indonesia memakai strategi halal-haramnya pinjaman, misalnya lewat bank syariah.

- Keberhasilan perempuan dalam menduduki jabatan tinggi di pegawai negeri (eselon 1 s/d 3) dikonotasikan/dipotretkan dengan penampilan berjilbab dan naik mobil yang baik. Para pejabat eselon ini lalu memberikan pengarahan untuk arabisasi pakaian dinas di kantor masing2.

- Di hampir pelosok P. Jawa kita dapat menyaksikan bangunan2 masjid yang megah, dana pembangunan dari Arab luar biasa besarnya. Bahkan organisasi preman bentukan militer di jaman ORBA, yaitu Pemuda Pancasila, pun mendapatkan grojogan dana dari Timur Tengah untuk membangun pesantren2 di Kalimantan, luar biasa!

- Fatwa MUI pada bulan Agustus 2005 tentang larangan2 yang tidak berdasar nalar dan tidak menjaga keharmonisan masyarakat sungguh menyakitkan manusia Jawa yang suka damai dan harmoni. Bila ulama hanya menjadi sekedar alat politik, maka panglima agama adalah ulama politikus yang mementingkan uang, kekuasaan dan jabatan saja; efek keputusan tidak mereka hiraukan. Sejarah ORBA membuktikan bahwa MUI dan ICMI adalah alat regim ORBA yang sangat canggih. Saat ini, MUI boleh dikata telah menjadi alat negara asing (Arab) untuk menguasai

- Dimasa lalu, banyak orang cerdas mengatakan bahwa Wali Songo adalah bagaikan MUI sekarang ini, dakwah mereka penuh gerilya kebudayaan dan politik. Manusia Majapahit digerilya, sehingga terdesak ke Bromo (suku Tengger) dan pulau Bali. Mengingat negara baru memerangi KKN, mestinya fatwa MUI adalah tentang KKN (yang relevan), misal pejabat tinggi negara yang PNS yang mempunyai tabungan diatas 3 milyar rupiah diharuskan mengembalikan uang haram itu (sebab hasil KKN), namun karena memang ditujukan untuk membelokan pemberantasan KKN, yang terjadi justru sebaliknya, fatwanya justru yang aneh2 dan merusak keharmonisan kebhinekaan Indonesia!

- Buku2 yang sulit diterima nalar, dan secara ngawur dan membabi buta ditulis hanya untuk melawan dominasi ilmuwan Barat saat ini membanjiri pasaran di Indonesia. Rupanya ilmuwan Timur Tengah ingin melawan ilmuwan Barat, semua teori Barat yang rasional-empiris dilawan dengan teori Timur Tengah yang berbasis intuisi-agamis (berbasis Al-Quran), misal teori kebutuhan Maslow yang sangat populer dilawankan teori kebutuhan spiritual Nabi Ibrahim, teori EQ ditandingi dengan ESQ, dst. Masyarakat Indonesia harus selalu siap dan waspada dalam memilih buku yang ingin dibacanya.

- Dengan halus, licik tapi mengena, mass media, terutama TV dan radio, telah digunakan untuk membunuh karakater (character assasination) budaya Jawa dan meninggikan karakter budaya Arab (lewat agama)! Para gerilyawan juga menyelipkan filosofis yang amat sangat cerdik, yaitu: kebudayaan Arab itu bagian dari kebudayaan pribumi, kebudayaan Barat (dan Cina) itu kebudayaan asing; jadi harus ditentang karena tidak sesuai! Padahal kebudayaan Arab adalah sangat asing!

- Gerilya yang cerdik dan rapi sekali adalah melalui peraturan negara seperti undang-undang, misalnya hukum Syariah yang mulai diterapkan di sementara daerah, U.U. SISDIKNAS, dan rencana UU Anti Pornografi dan Pornoaksi (yang sangat bertentangan dengan Bhineka Tunggal Ika dan sangat menjahati/menjaili kaum wanita dan pekerja seni). Menurut Gus Dur, RUU APP telah melanggar Undang-Undang Dasar 1945 karena tidak memberikan tempat terhadap perbedaan. Padahal, UUD 1945 telah memberi ruang seluas-luasnya bagi keragaman di Indonesia. RUU APP juga mengancam demokrasi bangsa yang mensyaratkan kedaulatan hukum dan perlakuan sama terhadap setiap warga negara di depan hukum. Gus Dur menolak RUU APP dan meminta pemerintah mengoptimalkan penegakan undang-undang lain yang telah mengakomodir pornografi dan pornoaksi. “Telah terjadi formalisasi dan arabisasi saat ini. Kalau sikap Nahdlatul Ulama sangat jelas bahwa untuk menjalankan syariat Islam tidak perlu negara Islam,” ungkapnya. (Kompas, 3 Maret 2006).

- Puncak gerilya kebudayaan adalah tidak diberikannya tempat untuk kepercayaan asli, misalnya Kejawen, dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan urusan pernikahan/perceraian bagi kaum kepercayaan asli ditiadakan. Kejawen, harta warisan nenek moyang, yang kaya akan nilai: pluralisme, humanisme, harmoni, religius, anti kekerasan dan nasionalisme, ternyata tidak hanya digerilya, melainkan akan dibunuh dan dimatikan secara perlahan! Sungguh sangat disayangkan! Urusan perkawinan dan kematian untuk MJ penganut Kejawen dipersulit sedemikian rupa, urusan ini harus dikembalikan ke agama masing2! Sementara itu aliran setingkat Kejawen yang disebut Kong Hu Chu yang berasal dari RRC justru disyahkan keberadaannya. Sungguh sangat sadis para gerilyawan kebudayaan ini!

- Gerilya kebudayaan juga telah mempengaruhi perilaku manusia Jawa, orang Jawa yang dahulu dikenal lemah-lembut, andap asor, cerdas, dan harmoni; namun sekarang sudah terbalik: suka kerusuhan dan kekerasan, suka menentang harmoni. Bayangkan saja, kota Solo yang dulu terkenal putri nya yang lemah lembut (putri Solo, lakune koyo macan luwe) digerilya menjadi kota yang suka kekerasan, ulama Arab (Basyir) mendirikan pesantren Ngruki untuk mencuci otak anak2 muda. Akhir2 ini kota Solo kesulitan mendatangkan turis manca negara, karena kota Solo sudah diidentikan dengan kekerasan sektarian. Untuk diketahui, di Pakistan, banyak madrasah disinyalir dijadikan tempat brain washing dan baiat. Banyak intelektual muda kita di universitas2 yang kena baiat (sumpah secara agama Islam, setelah di brain wahing) untuk mendirikan NII (negara Islam Indonesia) dengan cara menghalalkan segala cara. Berapa banyak madrasah/pesantren di Indonesia yang dijadikan tempat2 cuci otak anti pluralisme dan anti harmoni? Banyak! Berapa jam pelajaran dihabiskan untuk belajar agama (ngaji) dan bahasa Arab? Banyak, diperkirakan sampai hampir 50% nya! Tentu saja ini akan sangat mempengaruhi turunnya perilaku dan turunnya kualitas SDM bgs. Indonesia secara keseluruhan! Maraknya kerusuhan dan kekerasan di Indonesia bagaikan berbanding langsung dengan maraknya madrasah dan pesantren2. Berbagai fatwa MUI yang menjungkirbalikan harmoni dan gotong royong manusia Jawa gencar dilancarkan!

- Sejarah membuktikan bagaimana kerajaan Majapahit, yang luarbiasa jaya, juga terdesak melalui gerilya kebudayaan Arab sehingga manusianya terpojok ke Gn. Bromo (suku Tengger) dan P. Bali (suku Bali). Mereka tetap menjaga kepercayaannya yaitu Hindu. Peranan wali Songo saat itu sebagai alat politis (mirip MUI dan ICMI saat ini) adalah besar sekali! Semenjak saat itu kemunduran kebudayaan Jawa sungguh luar biasa!

Tanda-tanda Kemunduran Budaya Jawa

Kemunduran kebudayaan manusia Jawa sangat terasa sekali, karena suku Jawa adalah mayoritas di Indonesia, maka kemundurannya mengakibatkan kemunduran negara Indonesia, sebagai contoh kemunduran adalah:

- Orang2 hitam dari Afrika (yang budayanya dianggap lebih tertinggal) ternyata dengan mudah mempedayakan masyarakat kita dengan manipulasi penggandaan uang dan jual-beli narkoba.

- Orang Barat mempedayakan kita dengan kurs nilai mata uang. Dengan $ 1 = k.l Rp. 10000, ini sama saja penjajahan baru. Mereka dapat bahan mentah hasil alam dari Indonesia murah sekali, setelah diproses di L.N menjadi barang hitech, maka harganya jadi selangit. Nilai tambah pemrosesan/produksi barang mentah menjadi barang jadi diambil mereka (disamping membuka lapangan kerja). Indonesia terus dengan mudah dikibulin dan dinina bobokan untuk menjadi negara peng export dan sekaligus pengimport terbesar didunia, sungguh suatu kebodohan yang maha luar biasa.

- Orang Jepang terus membuat kita tidak pernah bisa bikin mobil sendiri, walau industri Jepang sudah lebih 30 tahun ada di Indonesia. Semestinya bangsa ini mampu mendikte Jepang dan negara lain untuk mendirikan pabrik di Indonesia, misalnya pabrik: Honda di Sumatra, Suzuki di Jawa, Yamaha di Sulawesi, dst. Ternyata kita sekedar menjadi bangsa konsumen dan perakit.
- Orang Timur Tengah/Arab dengan mudah menggerilya kebudayaan kita seperti cerita diatas; disamping itu, Indonesia adalah termasuk pemasok devisa haji terbesar! Kemudian, dengan hanya Asahari, Abu Bakar Baasyir dan Habib Riziq (FPI), cukup beberapa gelintir manusia saja, Indonesia sudah dapat dibuat kalang kabut oleh negara asing! Sungguh keterlaluan dan memalukan!

- Kalau dulu banyak mahasiswa Malaysia studi ke Indonesia, sekarang posisinya terbalik: banyak mahasiswa Indonesia belajar ke Malaysia (bahkan ke S’pore, Thailand, Pilipina, dst.). Konyol bukan?

- Banyak manusia Jawa yang ingin kaya secara instant, misalnya mengikuti berbagai arisan/multi level marketing seperti pohon emas, dst., yang tidak masuk akal!

- Dalam beragamapun terkesan jauh dari nalar, bijak dan jauh dari cerdas, terkesan hanya ikut2an saja. Beragama tidak harus menjiplak kebudayaan asal agama, dan tidak perlu mengorbankan budaya lokal.

- Sampai dengan saat ini, Indonesia tidak dapat melepaskan diri dari berbagai krisis (krisis multi dimensi), kemiskinan dan pengangguran justru semakin meningkat, padahal negara tetangga yang sama2 mengalami krisis sudah kembali sehat walafiat! Peran manusia Jawa berserta kebudayaannya, sebagai mayoritas, sangat dominan dalam berbagai krisis yang dialami bangsa ini.

Penutup

Beragama tidak harus menjiplak kebudayaan asal agama. Gus Dur mensinyalir telah terjadi arabisasi kebudayaan. Kepentingan negara asing untuk menguasai bumi dan alam Indonesia yang kaya raya dan indah sekali sungguh riil dan kuat sekali, kalau negara modern memakai teknologi tinggi dan jasa keuangan, sedangkan negara lain memakai politisasi agama beserta kebudayaannya. Indonesia saat ini (2007) adalah sedang menjadi ajang pertempuran antara dua ideologi besar dunia: Barat lawan Timur Tengah, antara kaum sekuler dan kaum Islam, antara modernitas dan kekolotan agama. CLASH OF CIVILIZATION antar dua ideologi besar di dunia ini, yang sudah diramalkan oleh sejarahwan kelas dunia – Samuel Hutington dan Francis Fukuyama.

Tanpa harus menirukan/menjiplak kebudayaan Arab, Indonesia diperkirakan dapat menjadi pusat Islam (center of excellence) yang modern bagi dunia. Seperti pusat agama Kristen modern, yang tidak lagi di Israel, melainkan di Itali dan Amerika. Beragama tanpa nalar disertai menjiplak budaya asal agama tersebut secara membabi buta hanya akan mengakibatkan kemunduran budaya lokal sendiri! Maka bijaksana, kritis, dan cerdik sangat diperlukan dalam beragama.

Sumbangan dari Forum Religiositas Agama

di Yogyakarta dan Bali

18 comments:

  1. wahyuda mengatakan...

    itu tergantung dari personality

  2. Ocim mengatakan...

    mudah2an nda hilang dari peradaban

  3. MbahDoyok mengatakan...

    jangankan kawa,bahasa indonesia aja udah ilangg mulaiiii

  4. coodelz mengatakan...

    wwih semoga kebudayaan jawa makin berkembang bukannya makin munduur

  5. gema_gogo mengatakan...

    Nice Post bro...

    ini memang sudah di rasakan oleh penduduk jawa akhir2 ini...
    kebudayaannya mulai pudar, ganti dengan budaya2 instatnt yang masuk dari barat.
    maka dari itu kita harus memulai dari diri sendiri dengan melestarikan budaya jawa.

    Hidup tanah Jawa...

  6. aldrix mengatakan...

    panjang banget yah...
    jadi ngantuk nee..
    heheheh..
    tapi habis baca jadi kenyang...

    salam kenal

  7. Bayu The Maniac mengatakan...

    ini Indonesia skarang sob ...
    kita pasti bisa mngubahnya jadi lebih baik ...

  8. kakve-santi mengatakan...

    masalah nih

  9. thecybergal mengatakan...

    sob, kalo gw liat dari sudut pandang gw sebagai seorang awam...
    benernya bukan barat VS timur...
    tapi memang indonesia udah keilangan jati diri...
    kiblatnya condong ke barat...
    jadinya bukan politik bebas aktif tapi politik cari aman...
    Whew, right or not this is my country...(tu condong ke barat lagi kan)

  10. orang absurd mengatakan...

    sori chuy, gw rasa tulisan ini agak gimana gitu, klo soal agama ato arabisasi itu mah tergantung orangnya, orang skrng dah banyak yg pinter kok utk memilih, ngomong2 klo soal arab2an ato mistis2an di tv itu kerjaan siapa ya? setau gw india tuh yg megang film2 indonesia, dan setau gw mereka bikin film2 gaya2an arab aot india2an gitu cuman buat ngejar setoran cari keuntungan dari film2 ga mutu yg mereka buat, udah deh jangan pada bikin statemen2 ato pemikiran sendiri, bilang islamlah atau arablah, mending jalanin semua dengan baik dan benar utk memajukan bangsa, btw gw juga kurang suka statemen ini "- Keberhasilan perempuan dalam menduduki jabatan tinggi di pegawai negeri (eselon 1 s/d 3) dikonotasikan/dipotretkan dengan penampilan berjilbab dan naik mobil yang baik. Para pejabat eselon ini lalu memberikan pengarahan untuk arabisasi pakaian dinas di kantor masing2.", gw pns departemen hukum dan ham, perasaan ga ada tuh harus wajib pake jilbab ato ngga buat yg perempuan, masing2 aja kok, siapa bilang ada arabisasi? bahkan sekarang yg ada pengembangan kebudayaan jawa, seperti misalnya adanya kewajiban memakai batik saat hari jum'at, bahkan sekarang swasta pun banyak jg yg memakai batik saat hari jum'at, udahlah ga usah bawa2 agama klo emang mo ngomong kebudayaan, yg penting gimana caranya kita sebagai generasi penerus bisa mempertahankan setiap budaya yg ada.

  11. orang absurd mengatakan...

    o iya ada lagi "Para pejabat eselon ini lalu memberikan pengarahan untuk arabisasi pakaian dinas di kantor masing2.", prasaan om gw ato sodara gw yg eselon 1,2,3 dan juga 4 ga ada tuh yg nyuruh2 orang harus arabisasi pakaian dinas, huakakakakak konyol abis dah klo ada arabisasi pakaian dinas, bisa jadi ke kantor bukannya pakai pakaian dinas, malah pake sarung ma sorban dikepala, dah ah jangan ngelawak pake statemen2 yg aneh, ok chuy, salam blogger

  12. Daniel DPK mengatakan...

    @@@@@Orang Absurd: Terima kasih atas kritiknya yang sangat membangun...Untuk maslah "arabisasi" pakaian di kantor PNS, memnag bukan sebuah kewajiban atau peraturan bagi semua pns untuk memakai jilbab..mereka sekedar mengikuti para atasannya,maaf, kalo yang perempuan biasanya menggunakan jilbab..sehingga secara moral para bawahan (perempuan) akan mengikutinya..

    memang bukan opini ini bukan bermaksud melecehkan Arab atau membawa-bawa agama..SATU HAL yang pasti bahwa ISLAM adalah baik dan sempurna sebagai sebuah agama,namun tanpa kita sadari bahwa "politisasi" yang terjadi memang membawa kita ke arah yang jauh dari akar budaya kita..

    ditambah lagi peran media yang harus diakui saat ini memang kadang berlebihan sehingga semakin memojokkan budaya kita sendiri dan sebagai akibatnya ada banyak hal yang luntur dari generasi saat ini terhadap kebudayaan kita...

    satu hal yang jelas bahwa harus diakui bahwa kita mengalami kemunduran dalam kebudayaan kita dan menjadi tanggung jawab kita bersama untuk memikirkan dan melestarikannya...

    sekali lagi terima kasih atas kritikan membangunnya..

  13. Mengembalikan Jati Diri Bangsa mengatakan...

    cuma satu pendapat saya sob
    Artikel ini sangat berkaitan erat dengan misi Mengembalikan Jati Diri Bangsa...

    Sungguh artikel yang luar biasa bagusnya..

  14. Anonim mengatakan...

    wah yo pancen apik tenan artikele... wong Jawa wis ilang jawane... sing nggerus budaya Jawa iku yo mung budaya Barat, yaiku budaya Eropa, lan termasuk Islam kan budaya Barat, lha negara arab kuwi kan nggone sakkulone Jawa... budaya Timur sing asli yaiku Jawa lan budaya Tionghoa, termasuk budaya Hindhu-Budha...
    aku dhewe yo sadar yen aku wis mulai lali budaya Jawa...

  15. Anonim mengatakan...

    Tulisannya memang bagus tapi tidak sungguh-sungguh obyektif dalam realitas dinamika masyarakat Jawa, kemurnian budaya Jawa sendiri juga belum ada standar baku yang jelas. Karena sebuah budaya yang ada dimasyarakat lampau dan kini hasil dari sentuhan budaya luar juga.
    Nah di tulisan ini dikerucutkan kepada campur tangan kebudayaan Arab. Terlalu dini untuk menuduh hal tersebut, karena budaya Jawa selalu bersentuhan dengan dunia luar,contohnya huruf2 jawa itu reduksi dari huruf2 di India, cerita Ramayana atau pewayangan juga sama. Selanjutnya penulis juga semestinya memahami bahwa perjalanan budaya Jawa itu dinamis, inilah kelebihan dari budaya Jawa itu sendiri, juga tidak melupakan budaya lainya.
    Saya sebagai orang Jawa membaca tulisan ini secara bawah sadar malu karena penulis kurang memakai pendekatan yang seobyektif mungkin. Penulis hanya melihat sisi mindset orang Jawa Islam, yang tentunya mahfum kalo di dalam budaya Jawa, terdapat ketundukan dan taat terhadap sang Penguasa Alam ini dari dulu. Penulis juga tidak berusaha mengambil sisi humanistik dan substansi budaya Jawa itu sendiri. Seperti menghormati yang lebih tua, berbahasa yang sopan dan memandang sesuatu dengan kacamata religius. Bagi saya sendiri, buku ini hanyalah kritik budaya jawa material, bukan substansial, karena mungkin penulis hanya cukup melihat dan mendengar tanpa berpikir lebih jauh ke titik pemikiran yang substansial. Jadi bagi penulis, lihatlah dunia lebih luas lagi.

  16. Anonim mengatakan...

    ADI DAYA BILA KEMBALI PADA KEBUDAYAANNYA

    A. POKOK BAHASAN
    Perpustakaan Negara di Washington mendokumentasi buku yang ditulis oleh 10 Doktor terkemuka didunia, menyimpulkan : Indonesia akan menjadi Negara Adidaya apabila kembali pada Kepribadiannya ( Jatidirinya).
    Kepribadian mencakup Kebudayaan, Adat istiadat, Kemandirian & Percaya diri.
    Pernyataan tsb sangat benar berdasar argument dibawah ini.

    1.Fakta bahwa Negara maju yang ada, tampil dengan kepribadiannya sendiri. Seperti Cina, Jepang, Thailand, Saudi Arabia, Inggris, Belanda & Perancis.
    Diforum internasional mereka tampil dengan busana nasionalnya, produk exportnya dikemas dengan bahasa & huruf nasionalnya, dll kepribadian yang masih melekat dalam kehidupan sehari hariannya.

    2.Menumbuh kembangkan kepribadiannya berarti menghargai peninggalan leluhur. Otomatis mendapat berkah dari leluhur. Leluhur yang telah ratusan hingga ribuan tahun wafat, sudah tentu dalam posisi dekat dengan Tuhan, maka mudah memohonkan kemuliaan bagi bangsanya yang tetap menjaga jatidiri peninggalan hasil karyanya.

    B.URAIAN

    1. Potret bangsa.
    Rendahnya martabat bangsa karena telah kehilangan jatidiri. Kehidupan sehari hari telah dipengaruhi asing. Dapat diumpamakan sebagai Mr Ali Babah.
    Mr sebagai julukan pengaruh Barat, Ali sebagai tanda budaya Arab & Babah sebagai bukti kebanjiran produk Cina. Jelas dalam kehidupan sehari hari diwarnai kebarat baratan, kearab araban & kebabah babahan. Hilang sudah kepribadiannya sendiri. Demokrasi menggusur Gotong royong, syariat menggusur Adat istiadat & import hasil bumi menggusur Kehidupan petani. Jadilah kita bangsa kaki tangan Barat, bangsa budak Arab & bangsa suapan Cina.

    2, Kejayaan masa lalu.
    Diabad ke 7, ketika dunia Arab mengalami zaman Jahiliyah dimana nilai perempuan hanya sebagai komoditas sex, di Jawa sudah ada kerajaan yang dipimpin seorang perempuan, perpustakaan Cina kuno menyebutnya Ratu Shima. Membuktikan nilai peradaban kita sudah jauh lebih tinggi dengan menjunjung seorang perempuan menjadi raja & panutan. Diabad ke 9, ketika dunia barat belum mampu membangun monument raksasa, kita sudah membuat candi Borobudur sebagai keajaiban dunia & lagi pula dibangun oleh seorang perempuan ratu Pramodhawardani. Diabad ke 13, ketika Ku Bilai Khan, raja diraja yang menguasai sepertiga dunia, mengirim utusan ke kerajaan Kediri agar tunduk dibawah Mongol, Raja Kertanegara justru menantang perang dengan memotong sendiri hidung & telinga utusan tadi serta disuruhnya pulang. Pasukan Mongol yang kemudian datang dihancur leburkan oleh R. Wijaya. Sejak dahulu kala disepanjang abad, ketika Cina belum mengexport apapun, sejarah raja raja Mataram, Kahuripan, Sriwijaya, Kediri, Singosari & Majapahit telah mengexport hasil bumi & tambang kenegeri negeri Asia.
    Itulah kejayaan masa lalu yang ditandai dengan Kepercayaan diri, Kemandirian, Keberanian, Ketegasan, Pantang dipengaruhi Asing tetapi sebaliknya mempengaruhi dunia, exporter hasil bumi terbesar didunia & berpegang teguh pada kebudayaan serta segala warisan leluhur yang adiluhung.

    Dilanjutkan setelah tanggapan anda, Jkt 26 Peb 10, saya Yogihardjo.

  17. Anonim mengatakan...

    ps: komentar diatas dari Yogi Hardjo
    email: denyogi@yahoo.co.id

  18. Mahesa Jenar mengatakan...

    Abstrak – Begawan politik Soeharto memang hebat dalam menaklukan dan membodohi bangsanya sendiri. Pada peristiwa G30S di tahun 1965, beliau mampu menyembunyikan rahasia terkotor dan terbesar bangsa Indonesia melalui manipulasi sejarah 1965. Pada peristiwa Reformasi 1998, kembali beliau dengan indahnya mengecoh bangsanya sendiri melalui manipulasi reformasi! Kita masih ingat, ketika terjadi reformasi, Suharto dengan tenang, aman, nyaman dan tentram tetap bercengkerama di jl. Cendana bersama anak cucunya, ini sungguh luar biasa! Para politisi dan profesor dari Luar Negeri sampai tidak habis herannya, mereka meminta bangsa Indonesia untuk secara cerdas menganalisa hal ini mengingat fakta sejarah didunia mengatakan bahwa jatuhnya rezim diktator atau koruptor selalu dibarengi dengan: a) kaburnya penguasa ke luar negeri atau terbunuh b) partai pendukung utamanya dibubarkan c) militer kembali ke barak d) ada repatriasi/pengembalian harta rampokan presiden, keluarga, dan kroninya kepada negara. e) Namun anehnya, selain keempat hal ini tidak terjadi di Indonesia, yang paling ajaib adalah Soeharto justru diperkenankan menunjuk penggantinya yaitu Habibie (mana ada diktator direformasi dibolehkan menunjuk pengganti?). Penunjukan Habibie merupakan titik balik sejarah dan awal dari segala mala petaka bangsa Indonesia. Kelima point ini terjadi dikarenakan kepiawaian regim Soeharto dalam menyusupi gerakan reformasi, salah satu pimpinan reformasi adalah kader sejati Soeharto yang telah lama dipersiapkan dan sengaja diselundupkan, maka jadilah reformasi palsu seperti kita alami ini. Ternyata sejarah menandaskan bahwa bangsa Indonesia telah berkali-kali hanya dijadikan sekedar objek penipuan dan pembodohan, dari peristiwa 1965, hilangnya Supersemar, Serangan umum 1 Maret di Yogya, Tragedi Mei 1998, manipulasi reformasi 1998, dan berbagai kerusuhan yang direkayasa. Artikel ini berusaha membedah kepiawian politik Soeharto sekaligus untuk menggugat dan menyadarkan kaum cerdik-pandai Indonesia yang sampai saat ini masih tidur pulas. Dengan strategi politisasi agama Islam, dalam pengertian menyatunya militer dengan Islam ...., baca sendiri di http://nuranijernih08.wordpress.com/2007/12/21/ bagus sekali!!!